perjalanan


Aku suka menikmati perjalanan sendirian. Iya, sendirian. Karna hanya aku yang boleh menentukan arah, bukan kamu atau kamu.

Kadang aku bergerak cepat, kadang bergerak lambat, seringkali aku juga berlari. Itu semua tidak tentu arah, kadang aku menemui kelokan, melewati turunan atau tanjakan. Kadang aku juga harus berhenti sebentar untuk menyecap secangkir susu coklat hangat bekal dari rumah, penghilang lelah.

Tapi aku tetap lebih senang berjalan pelan. Hati-hati menapaki jalanan, mengikuti ritmenya yang dinamis. Menikmati setiap momen yang dilewati. Tidak jadi soal berapa jarak yang harus aku tempuh untuk mencapai garis finish dan berapa lama waktu yang dibutuhkan, seperti yang selalu aku katakan padamu. Aku selalu menikmati berjalan sendirian.


Barangkali kita bertemu diujung jalan sana, barangkali kita satu arah, barangkali setelah itu aku mulai suka menikmati perjalanan berdua, berbagi bekal, mencapai garis finish bersama.


Jogjakarta, Nov'11 | waktu menikmati perjalanan sendirian

Skepticism of Love



Saya lupa bagaimana atmosfer cinta yang berbeda karna ada binar-binar bahagia disana. Tanpa kita sadari bahwa terlalu banyak manipulasi ketimbang kejujuran. Mempengaruhi kalian untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk hal-hal yang sebenarnya kurang perlu, dan pastinya akan mengakibatkan efek buruk bila dosisnya berlebihan. Tapi kecenderungan yang dominan lebih mungkin lagi membuat orang latah – pengen pacaran.

Seorang teman selalu mengatakan saya ini ‘sinis’ menghadapi cinta. Apapun itulah ya, karna saya ini berbicara sebagai orang yang (sudah lama) tidak sedang jatuh cinta dan mengakibatkan nyaris saja lupa rasanya.

Saya selalu protes karna Sang Pacar teman saya ini terlalu banyak mengekang dan mengatur padahal tidak semua hal yang teman saya lakukan ini buruk, sebagian besar justru berdampak baik untuk pengembangan dirinya sendiri. Siapa elo sih? Baru juga pacar..

Juga untuk teman saya yang kemana-mana sama Sang Pacar. Seseorang kemudian menyelutuk “Kalau bisa bedua kenapa enggak?”

Saya justru punya keyakinan kebalikannya, kalau bisa dilakukan sendiri kenapa harus berdua?




Saya suka sendirian..
Sendiri membuat saya jauh dari ketergantungan. Sendiri membuat saya dapat melihat diri sendiri lebih jelas. Sendiri membuat segalanya jadi  tampak lebih simple.

Mungkin ini hanya masalah pembiasaan, untuk saya yang sementara ini sudah terbiasa sendirian, dan belum merasa betul-betul perlu memikirkan orang lain selama beberapa tahun belakangan ini. Untuk alasan bahwa saya tak ingin terlibat dalam sebuah hubungan karna rasa sakit hatinya yang sering tak sebanding.

Ya, mungkin saya membutuhkan keyakinan yang kuat akan masa depan cinta yang lebih baik. Baiklah yang saya butuhkan adalah keyakinan: ia akan datang pada waktu yang tepat bersama orang yang tepat.

Sekarang saya hanya perlu menunggu ada yang kemudian mengetuk minta dibukakan pintu. Sembari itu ada banyak hal yang harus saya lakukan, mewujudkan segala hal yang sudah ada di dalam daftar cita-cita.

Saya berdoa, semoga  orang itu adalah partner yang hebat. Semoga, amin..