Yin dan Yang


Ini tidak semudah apa yang orang bayangkan. Bertahan dalam tekanan-tekanan. Ya, aku hanya tidak menampakkan itu. tapi aku juga bisa bilang ini tidak sesulit yang orang bayangkan, karena bersamaan dengan bertubi tekanan itu datang aku mulai bisa bersahabat dengan mereka.

Tidak ada yang benar-benar bisa memahami serta mengerti apa yang kita rasakan. Untuk itu aku  masih kekeuh untuk bertahan sendiri (termasuk tanpa kehadiran partner).

Aku masih belum merasa perlu untuk membagi sampai pada akar masalahnya karena aku yakin aku masih sanggup. Kadangkala aku terfikir untuk membagi, tapi ketika hal itu aku lakukan aku justru tampak begitu lemah dan rapuh, aku justru mudah jatuh dan manja pada pelukan mereka. Kemudian akhirnya aku memilih menatap nanar diriku sendiri ke dalam cermin, berdialog dengan sang penjaga diriku. Kata orang, masing-masing dari kita memiliku satu sosok yang menjaga diri kita. Aku percaya. Sosok itu adalah penyeimbang diriku.  Bagaikan yin dan yang. Namun keduanya adalah satu dalam diriku. Saling menguatkan. Tidak terpisahkan.



Dalam diamku ini aku menyimpan banyak rahasia. Diam adalah metode paling ampuh memanipulasi masalah buatku. Awalnya tersenyum saja pahit rasanya. Harus dipaksa. Tapi lama-lama aku biasa.

Bukan, bukan bersandiwara. Bukan pula bermuka dua. Aku hanya membiarkan diriku jatuh dan belajar menikmati susah payahnya sendirian..  akh, bagi yang belum pernah merasakan atau (sesungguhnya) tidak membiasakan diri merasakan. Barangkali mereka tidak pernah tau. Ada sensasi luar biasa ketika kita bisa tersenyum bersamaan dengan rasa sakit, sedih, kecewa. Tertawa bersamaan dengan tangis.

Aku masih ingat, di salah satu sosial media yang tidak pernah aku publikasikan (karna memang disana adalah tempat sampahku yang sebenar-benarnya hehehe) aku mengatakan hal yang amat 'keras' dan mulai detik itu sahabatku tak pernah lagi menanyakan aku ada masalah apa kecuali aku memang memilih untuk bicara, tapi aku jarang sekali melakukannya. Hal itu aku yakini adalah bentuk pengertiannya terhadapku dan walaupun begitu aku tau jauh disana sahabatku sedikit mengerti apa yang terjadi padaku.

Kalau ada orang yang beranggapan aku sombong karena merasa bisa menyelesaikan masalah sendiri, mereka salah. Salah pengertian. Toh, pada kenyataannya aku masih sering sekali merepotkan orang lain. 'Masalah' dalam kutipan hal yang amat sentimentil dalam dirimu yang sulit dijangkau oleh orang lain. Ya. Begitu. Dan jangan dipikir aku tidak butuh penopang, aku butuh.. sangat butuh.. tapi penopang yang tidak akan membuatku justru terlihat lemah dan manja dan satu-satunya sosok sempurna untuk itu adalah Allah SWT.